
Padang, Editor.- Dalam pengembangan pariwisata ada lima yang berperan, pertama adalah orang orang dari perguruan tinggi (Sekolah Parwisata), usaha pariwisata travel, hotel dan penginapan, restoran, rumah makan, cendra mata dan pemandu wisata.

Hal ini disampaikan Kadis Pariwisata Sumatera Barat Oni Yulvian dalam sambutannya pada acara pembukaan Bimbingan Teknis Peningakatan dan Pengembangan Gerakan Sadar wisata Sumatera Barat, di Basko Hotel, Senin (18/3/2019).
Menurut Oni, parwisata untuk Sumatera Barat sangat penting, termasuk Kota Padang yang pendapatannya daerahnya sudah besar dari parwisata untuk mendukung perekonomian Kota Padang.
“Sumatera Barat ini bukan daerah yang kaya. Kita tidak punya tambang seperti daerah lainnya dan tambang kita sudah ditutup sejak 10tahun yang lalu, sekarang kita hanya punya PT Semen Padang,” katanya.

Menurut dia, satu satunya yang kita miliki adalah keindahan alam serta kekayaan khasanah budaya, termasuk makanan dan kulinernya yang terkenal. Dari hasil penelitian oleh salah satu majalah terkenal kita Sumatera Barat adalah provinsi predikat yang paling bagus dalam potensi parwisata.
“Untuk itu kita harus memanfaatkan potennsi itu sebaik baiknya. Wisatawan itu pergi ke suatu tempat yang nyaman, dari itu kita harus meningkatkan kenyamaman untuk wisatawan yang disebut Sapta Pesona,” jelas Oni.
Sebelumnya Ketua panitia pelaksana Anastasia menyampaikan, pembangunan kepariwisataan harus memperhatikan posisi potensi dan peran masyarakat. Baik sebagai subjek maupun sebagai penerima manfaat, dukungan masyarakat dapat diperoleh melalui penananaman kesadaran akan arti penting pengembangan kepariiwisataan. Untuk itu dibutuhkan proses pengkondisian untuk mewujudkan masyarakat yang sadar wisata dan memahami serta mengaktualisasikan nilai nilai penting yang terkandung dalam Sapta Pesona.

Sementara itu anggota Komisi V DPRD Sumbar Apris juga menyampaikan, sejak tahun 2017 sampai 2019 dia sangat mendukung pelatihan dan membentuk kelompok kelompok sadar wisata dari berbagai kelompok, tokoh masyarakat, pelaku usaha kuliner dan rumah makan.
“Salah satu kelemahan di Sumatera Barat, kita tidak melihat tamu sebagai orang yang mengantarkan reski tapi dilihat sebagai orang asing sehingga kita tidak merasa berkepentingan. Melalui pelatihan sadar wisata ini kita tumbuhkan itu, sehingga dari perasaan tahu bisa menjadi sadar. Saya sangat optimis kalau ini bisa digerakkan terus, maka gerakan pariwisata sumatera Barat ini tidak lagi berjalan seperti biasa tapi akan mengalami lompatan lompatan,” ujar Apris.

Apris juga menyampaikan, untuk kegitatan peningkatan Sadar Wisata Sumatera Barat ini dia mengalokasikan sebagian dana pokok pokok pikirannya untuk kegiatan Bimbingan Teknis Peningkatan dan Pengembangan Sadar wisata.
“Dengan pelatihan ini kita harapkan terbentuknya kelompok kelompok sadar wisata di masyarakat. inilah yang akan menjadi relawan pengembangan pariwisata di berbagai tempat,” ujar Apris. **Herman
Leave a Reply