Untuk Mahyeldi Ansyarulah Gubernur Sumatera Barat (5): LEPAS SAPI DI KEBUN SAWIT ?

Ahmad Gazali
Ahmad Gazali

Ternak sapi mau di lepas di kebun sawit ? Tunggu dulu, Buya. Ditemukannya sawit untuk mengantisipasi kekurangan minyak makan pada awalnya. Sekaligus manfaatkan rawa-rawa di Afrika. Sebatang sawit perlu air minimal 7 liter/hari. Apabila di lepas ternak sapi, kerbau, kuda dalam kebun sawit. Tanahnya akan mengeras apalagi menggunakan pupuk kimia buatan, pestisida dan kapur akan tambah mengeras. Berakibat produksi terus menurun.

Setandan segar buah sawit rawa rata-rata 50 kg dan sawit ditanam di gunung rata-rata 20 kg/pertandan. Sawit gunung ongkos produksinya lebih besar ketimbang sawit rawa. Harga buah segar sawit gunung pun lebih rendah. ( ini hasil riset kami di Kab Pasbar). Coba perthatikan perusahaan besar mencari lahan sawit di rawa. Masyarakat kebanyakan bertanam sawit di gunung. Dalam 5 tahun terakhir pohon sawit yang tidak di aliri air mulai cukup ditebang di Pasaman Barat. Pemilik lahan beralih ke tanaman umur pendek.

Sebaiknya bagaimana ? Sawit yang ditanam di gunung dihabisi saja dan ganti dengan tanaman umur pendek termasuk tanam rumput King Grease untuk makanan ternak dan dibuatkan kandang sapi, kandang kuda. Kalau di rawa yang belum ditanam sawit bisa dimanfaatkan berternak kerbau untuk menghasilkan daging. Kalau ada bagian kebun di rawa yang kosong tanamilah rumput dan bikin kandang sapi. Kotoran ternak tambah pelepah sawit, cangkang yang sudah dihaluskan jadi serbuk tambah abu pabrik sawit tambah biotek NT 45 dibuatkan pupuk organik.

Karena king grease dan pelepah serta cangkang sawit yang di serbuk substitusi dedak halus/bekatul yang bisa pula sebagai pakan ternak/ruminansia. Tahun lalu kami bikin pupuk organik majemuk lengkap (P0ML) NT 45 di Jl Pertanian arah Rimbo Janduang dari Jalur 32 Pasaman Barat sebanyak 8 kali. Kotoran Ayam dipesan dari Payakumbuh/50 Kota, Dedak halus dari Tinggam perbatasan Pasbar dengan Pasaman. Abu sekam diganti dengan abu di pabrik sawit.

Abu pabrik sawit semula kami diberi gratis saja oleh orang pabrik. Melihat kami menggunakan abu pabrik sawit, tidak sampai sebulan di Jl Pertanian arah Rimbo Janduang tersebut sudah ada puluhan onggokan abu pabrik sawit. Abu itu langsung diberikan pada lahan dimaksud sebagai pupuk. Sementara kami sebagai salah satu bahan pengolahan POML. Begitulah petani ikut-ikutan tanpa pernah mau bertanya.

Sekarang abu pabrik sawit itu harus dibeli pada orang pabrik walau masih murah. Sama halnya dulu di Payakumbuh/50 Kota abu sekam bekas pembakaran batu bata dibuang. Membuangnya diupah ke orang. Setelah tau sebagai bahan pengolahan POML, untuk abu gosok, ya kita harus mebeli. Begitu juga kotoran ayam dan kotoran sapi, dulu dibuang saja ke kali/sungai sekarang tak ada yang gratis. Di Pasbar masih banyak yang dibuang antara lain pelepah sawit, tongkol jagung, cangkang sawit, batang jagung.

Ahmad Munaji dkk anggota NT 45 memberikan POML NT 45 dan Obat-oabatan/antihama NT 45 kepada kebun sawitnya. Dalam tiga bulan terjadi kenaikan produksi 20 %. Serta diikuti oleh pemilik kebun sawit lainnya. Menggunakan organik seratnya lebih padat. Untuk padi organik, 1 liter beratnya 1,2-1,4 kg. Padi pupuk kimia beracun 0,8 kg/liter. Beras organik dimasak sekarang 2 hari lagi bisa dimakan. Seratnya padat, bau harum, rundement lebih tinggi. Beras pakai pupuk kimia beracun dimasak pagi ini sore harinya sudah berair/basi, serat longgar dan bau apek serta rundemen lebih rendah. Beras organik bisa di ekspor, beras kimia beracun tak bisa diekspor. ** Oleh Ahmad Gazali

[tribulant_slideshow gallery_id=”3″]

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*