Membangkit Batang Terendam Minangkacau

(46)

Ketua DPRD Marapi pun mengetuk meja tiga kali dengan palu.

“Sesuai undangan, agenda rapat hari ini ada dua. Pertama, mendengarkan laporan Pansus. Kedua, mendengarkan tanggapan umum komisi-komisi terhadap laporan Pansus. Kita mulai dengan agenda pertama, Saudara Ketua Pansus silahkan sampaikan laporannya,” kata Ketua DPRD Marapi.

Ketua Pansus, Zulkifli Yobana, bangkit dari kursinya, lalu berjalan

beberapa langkah menuju podium.

“Assalamualaikum,” katanya setelah berdiri di podium.

“Walaikumsalam!” jawab yang hadir.

“Mengingat waktu, saya hanya membacakan kesimpulan laporan saja?”

“Silahkan.”

Ketua Pansus pun menyampaikan kesimpulan dimaksud. Pertama, walau lebih banyak nilai minus daripada nilai plusnya, sebanyak 15 calon nagari baru layak dipertimbangkan sebagai nagari baru. Kedua, walau lebih banyak nilai plus daripada nilai minusnya satu calon. nagari baru tidak layak dibahas dalam rapat sekarang dan rapat-rapat berikutnya.

Selesai menyampaikannya, Ketua Pansus menyerahkan naskah laporannya

kepada Ketua DPRD Marapi, kemudian menyalaminya. Sambil kembali  ke tempat duduknya, ia salami pula kedua wakil ketuanya, Pak Bupati dan Pak Kapolres Marapi. Setelah duduk, foto kopinya, ia serahkan kepada ketiga pimpinan komisi.

“Agar ketiga komisi dapat menyusun tanggapan umum terhadap laporan Pansus tadi, sidang kita istirahatkan selama lima menit,” kata Ketua DPRD Marapi dan  mengetuk meja dengan palu tiga kali.

Ketiga pimpinan komisi pun berdiskusi dengan anggotanya. Hadirin dan undangan menunggu dengan diam. Lima menit kemudian waktu istirahat habis.

“Kita masuki agenda kedua, mendengarkan tanggapan umum komisi- komisi terhadap laporan Pansus, diawali Komisi I, silahkan,” kata Ketua DPRD Marapi, lalu mengetuk meja tiga kali.

“Selama ini rapat dengar pendapat di gedung yang erhormat ini terang-terangan, sekarang gelap-gelapan. Pasti ada apa-apanya? Tolong Saudara Ketua Pansus jelaskan,” kata Heri Syafnil Ketua Komisi I dari tempat duduknya.

“Yang mewakili Komisi II, silahkan,” kata Ketua DPRD Marapi.

Dalmon Ketua Komisi II menyampaikan hal yang sama dengan Ketua Komisi I tadi.

“Baik. Berikutnya Komisi III. Yang mewakili, silahkan.”

Mahyuddin Ketua Komisi III, menyampaikan hal yang sama dengan Ketua Komisi I dan II tadi.

“Saudara Ketua Pansus tolong jelaskan ada apa-apanya itu,” kata Ketua DPRD Marapi.

Ketua Pansus mentes mikrofon di depannya, lalu menarik napas sejenak. Keenam belas delegasi pengusul nagari baru menunggu dengan diam.

“Secara peraturan perundang-undangan, satu calon nagari baru itu memang memenuhi syarat. Tetapi lembaga DPRD dilecehkan. Panitia pembentukkannya tidak mendampingi ketika Pansus meninjau ke lapangan. Nama calon nagari baru itu adalah Nagari Minang,” katanya.

“Interupsi Ketua,” kata Kandar Bustami, anggota Komisi I.

“Silahkan.”

“Diterima atau ditolak pengusulan pembentukkan Nagari Minang, forumnya bukan pada rapat dengar pendapat ini, tetapi pada rapat paripurna mendengarkan Pendapat Akhir Fraksi,” kata Kandar Bustami.

“O, begitu. Apa usul Saudara?’ kata Ketua DPRD Marapi.

“Melalui Ketua, kita mohonkan kesediaan Saudara Ketua Pansus mengungkapkan, kenapa lima belas nagari baru lebih banyak nilai minusnya, dan kenapa satu calon nagari lebih banyak nilai plusnya?” kata anggota dewan dari Partai Adil Sejahtera ini.

“Apa maksud dan tujuan mengungkapkannya?” tanya Ketua DPRD Marapi.

“Supaya para ketua pengusul nagari baru mengetahui nilai rapor calon nagari yang mereka usulkan, dan menentukan sikap untuk langkah berikutnya.”

“O, begitu. Ketua Pansus, silahkan nilai rapor dimaksud!”

Ketua Pansus mengungkapkan lebih dahulu, kenapa 15 calon nagari baru lebih banyak nilai minusnya daripada nilai plusnya. Pertama, tujuannya ingin berjabatan seperti eksekutif dan legislatif. Kedua, potensi sumber pendapatan sangat minim. Untuk melaksanakan roda pemerintahan dan pembangunan, mengandalkan Dana Alokasi Umum Nagari. Ketiga, sumber daya manusia rata-rata berpendidikan SLTP. Fasilitas pendukung untuk peningkatan kecerdasan, kehidupan beragama dan kesejahteraan umum masyarakat sangat minim. Dana untuk pembangunannya, mereka harapkan dari pemerintah.

Setelah selesai, Ketua Pansus menjelaskan kenapa satu pengusul nagari baru – Nagari Minang – banyak nilai plusnya. Pertama, maksud dan tujuannya untuk mewujudkan nagari yang nyaman dan sejahtera masyarakatnya berdasarkan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, dan syarak mangato adat mamakai. Kedua, sumber daya manusia rata-rata berpendidikan SLTA. Fasilitas pendukung untuk peningkatan kecerdasan, kehidupan beragama dan kesejahteraan umum masyarakat, sangat memadai. Perantau Maya Dunia telah dan sedang membangunnya seiring diusulkannya pembentukan Nagari Minang. Ketiga, potensi sumber pendapatan sangat potensial. Untuk melaksanakan roda pemerintahan dan pembangunan mengandalkan dana Yayasan Pembangunan Nagari  Minang.

“Selesai,” kata Ketua Pansus.

“Itulah nilai rapor keenam belas calon nagari. Nilai ini hendaknya jadi bahan untuk menentukan langkah selanjutnya. Berarti rapat dengar pendapat sudah selesai?” kata Ketua DPRD Marapi.

“Ya!” jawab anggota dewan yang hadir dengan serentak.

“Baik. Sesuai agenda, rapat paripurna pengesahan Ranperda jadi Perda Tentang Pembentukkan dan Pemekaran Nagari Dalam Wilayah Daerah Kabupaten Marapi seminggu lagi. Sekwan, antar undangannya langsung ke-16 ketua panitia pengusul nagari baru. Terima kasih. Walaikumsalam,” kata Ketua DPRD Marapi.

“Walaikummusalam,” jawab anggota dewan yang hadir.

Ketua DPRD Marapi memukul meja dengan palu tiga kali. Ketiga pimpinan DPRD, Pak Bupati dan Pak Kapolres Marapi pun melangkah menuju pintu keluar. Ke-16 delegasi pengusul nagari baru mengiringinya dari belakang.

Delegasi pengusul Nagari Minang terus melangkah hingga ke tempat parkir, lalu kakek Ajo Manih Koto, ayah Viktor Tanjung, dan ayah Julia Maya Panyalai melepas tali penambat kereta. Setelah lepas, Gadih Minang dan kawan-kawan satu-persatu kembali menaiki Kereta Kencana masing-masing.

Ketiga Kereta Kencana pun melaju menuju rumah nenek Julia Maya Panyalai. Setiba di sana, Gadih Minang dan kawan-kawan dengan hati mangka bersepeda menuju rumah neneknya masing-masing. (Bersambung)

 

[tribulant_slideshow gallery_id=”3″]

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*