(19)
hep ta hep ti
Dua hari kemudian para tunduik padusi KP PPM Kota Bandung berhati gadang. Hal itu karena pada malamnya setelah shalat Isya di Surau Gadang PPM Kota Bandung, para pengurus PPM menjadwalkan musyawarah pamungkas dengan dua agenda. Pertama, mendengarkan pertimbangan hati kakek-nenek dan ayah-ibu, dan tunduik bujang terhadap idealisme sebelum resmi pulang ka bako, para tunduik pulang basamo dahulu ke Ranah Minang guna berbuat kebajikkan dan kebaikkan di nagari asa nenek dan kakek. Kedua, keempat pengurus PPM akan menyampaikan keputusan, setuju atau tidak dengan upaya perwujudan idealisme para tunduik padusi sebagaimana tercantum dalam proposalnya.
Maka, begitu Tuangku Sulaiman selesai memimpin doa, Ajo Uddin segera menyibak kain pembatas jemaah lelaki dengan perempuan dari sekatnya. Gadih Minang dengan selembar kertas di tangan, menunggu Ajo Uddin melintas di depan tempat duduknya. Ketika Ajo Uddin menyibak kain pembatas di tengah-tengah surau, Gadih Minang dengan selembar kertas di tangan, segera berdiri, lalu menyapa Ajo Uddin.
“Jo Uddin,” kata Gadih Minang.
Ajo Uddin menoleh ke arah Gadih Minang.
“Ada apa Gadih?” tanya Ajo Uddin.
“Tolong berikan kertas ini kepada Tuangku,” kata Gadih Minang sambil menjulurkan tangannya ke depan.
Ajo Uddin mengambilnya, lalu melangkah ke depan podium, menyerahkan kertas itu kepada Tuangku Sulaiman. Julia Maya Panyalai dan Gadih Minang memperhatikannya sambil mengulum senyumnya. Setelah membacanya sejenak, Tuangku Sulaiman menggelengkan kepalanya, lalu memasukkannya ke dalam saku baju kokonya.
Kakek Ajo Manih Koto – yang duduk satu shaf di depan mihrab bersama ketiga pengurus PPM lainnya – mengkode Tuangku Sulaiman dengan menggerakkan telapak tangannya ke atas. Tuangku Sulaiman bangkit, melangkah lalu berdiri di podium, kemudian mengeluarkan secarik kertas yang diserahkan Ajo Uddin tadi dari dalam saku baju kokonya.
“Assalammualaikum,” kata Tuangku Sulaiman.
“Walaikumsalam!” jawab yang hadir.
“Sebelum kita masuki agenda acara, perlu saya sampaikan bahwa sampai sore kemarin 50 pasang tunduik dari dalam negeri dan 50 pasang tunduik dari luar negeri telah mendaftar sebagai peserta didampingi kakek-nenek dan ayah-ibunya,” tutur Tuangku Sulaiman.
Mendengarnya, para tunduik bujang menundukkan kepalanya, sedang para tunduik padusi memamerkan lesung pipitnya.
“Jika kakek-nenek dan ayah-ibu pasangan tunduik KP PPM Kota Bandung ikut mendampingi, maka jumlah peserta dan pendamping sebelum resmi pulang ka bako, para tunduik pulang basamo dahulu ke nagari asa nenek dan kakek di Ranah Minang sebanyak 1.300 orang,” sambung Tuangku Sulaiman.
Mendengarnya, para kakek-nenek dan ayah-ibu para tunduik saling mengulum senyumnya, lalu saling berpandangan.
Di samping itu, kata Tuangku Sulaiman melanjutkan, 150 anggota Persatuan Pemuda Maya Dunia beserta kakek-nenek dan ayah-ibunya pulang basamo dalam rangka mengikuti Mubes XXX Urang Maya. Karena ulayat nagari kakek moyang mereka di nagari nenek para tunduik, jadwal pulang basamo disamakan dengan jadwal pulang basamo para tunduik. Dengan demikian, jumlah rombongan pulang basamo ke Ranah Minang semuanya 1.750 orang.
“Ini amat membanggakan. Selama ini perantau yang pulang basamo keRanah Minang jumlahnya di bawah 1.000 orang,” ujar Tuangku Sulaiman.
Mendengarnya, kakek-nenek dan ayah-ibu para tunduik mengulum senyumnya. Para tunduik bujang semakin menundukkan kepalanya, sedang para tunduik padusi semakin memamerkan lesung pipitnya.
“Baik. Kita masuki agenda pertama, perwakilan kakek, nenek, ayah, ibu dan tunduik bujang, silahkan serahkan pertimbangan hati,” kata Tuangku Sulaiman.
Lalu berturut-turut kakek Sandra Maya Piliang, nenek Sofia Maya Koto, ayah Lidya Maya Tanjung, Ibu Herni Maya Chaniago, dan Bujang Minang menyerahkan pertimbangan hati mereka kepada Tuangku Sulaiman.
Setelah membacanya satu-persatu, Tuangku Sulaiman merangkumnya.
“Rangkumannya ada dua …” kata Tuangku Sulaiman menggantung.
Para tunduik padusi diam. Para tunduik bujang mengulum senyumnya.
“Pertama, karena tujuannya rancak, setuju sebelum resmi pulang ka bako para tunduik pulang basamo dahulu ke Ranah Minang tetapi para kakek-nenek danayah-ibu harus ikut,” kata Tuangku Sulaiman.
Para tunduik bujang menekurkan kepalanya dengan muka tampak masam. Sedang para tunduik padusi saling berpandangan sambil mengulum senyumnya.
“Kedua, para tunduik bujang setuju tetapi menikah dahulu,” kata Tuangku
Sulaiman sambil melirik ke tempat duduk para tunduik bujang dan para tunduik padusi. Tampak para tunduik bujang mengulum senyumnya. Sedang para tunduik padusi mengerutkan keningnya. Para kakek-nenek dan ayah-ibu mereka, memandang mereka sambil mengulum senyumnya.
“Gadih, tunduik kita setuju tetapi menikah dahulu. Kalau kita diberi kesempatan untuk menanggapinya, Gadih katakan nggak setuju dengan alasan yang masuk akal,” bisik Julia Maya Panyalai kepada Gadih Minang.
Gadih Minang menganggukkan kepalanya. Sejenak sunyi.
“Mak Datuak Sekjen PPM Dunia, silahkan ditanggapi,” kata Tuangku
Sulaiman. (Bersambung)
Leave a Reply