
Padang Panjang, Editor.- Subsidi dari pusat berkurang, tapi Kota Padang Panjang masih bisa berprestasi. Setahun ini, misalnya, ada 33 prestasi nasional dan provinsi diraih. Pemprov Sumbar pun memuji, sekaligus mengigatkan Pemko setempat perlu mencari sumber dana legal lainnya untuk pembangunan kota, salah satu investor.
Hal itu terungkap dari sambutan/ekspost Penjabat (Pj) Walikota Padang Panjang, Sonny Budaya Putra dan sambutan Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) diwakili oleh Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan Setdaprov, Syaiful Bahri pada peringatan Hari Jadi Kota (HJK) Padang Panjang ke-234 di Gedung DPRD setempat, Ahad (1/12) lalu.
Di antara ramainya pejabat, tokoh dan undangan lain yang hadir terlihat Anggota DPRD Sumbar dari Padang Panjang, Erick Hamdani; Ketua DPRD dari beberapa daerah di Sumbar; Forkopimda Kota Padang Panjang; Pj.Sekda Dr.Winarno, sebagian mantan Wawako & Sekda, sebagian mantan Pimpinan/Anggota DPRD dan kalangan perantau kota itu.
Rapat pleno yang dipimpin oleh Ketua DPRD Kota Padang Panjang, Imbral itu juga puncak dari berbagai kegiatan ulang tahun kota. Saat itu pula pin emas diserahkan kepada sejumlah tokoh, berikut bonus kepada sejumlah atlit kota ini yang meraih medali di PON 2024, termasuk pelatihnya (lihat Tabel).
Didampingi Wakil Ketua DPRD, Mardiansyah dan Nurafni Fitry, Ketua DPRD Imbral diawal sambutannya menyampaikan ucapan selamat datang dan terimakasih kepada Gubernur Sumbar, para pejabat, tokoh dan undangan lain yang hadir. Hari ini, Ahad, 1 Desember 2024, genap 234 tahun usia Kota Padang Panjang, kota sejuk dan indah yang dikenal sebagai Kota Serambi Mekah.
Imbral juga menyampaikan ucapan rasa syukur kepada Allah Swt atas keberlansungan dan eksistensi Kota Padang Panjang yang kini sudah berusia 234 tahun, usia termasuk tua bagi sebuah kota. Juga atas telah terwujudnya Pemilu Presiden dan legeslatif 2024, disusul Pemilu Kada serentak 2024 dengan aman, tertib dan damai.
Berikut, ucapan syukur atas berbagai prestasi yang diraih kota ini di level nasional dan provinsi setahun terakhir. Terkait itu Imbral mengucapkan selamat dan terimakasih kepada Pj.Walikota Padang Panjang, Sonny Budaya Putra dalam memimpin kota 2 kecamatan dengan penduduk sekitar 62.500 jiwa ini sejak Oktober 2023.
Ungkapan kurang-lebih senada juga disampaikan oleh Dr.Arzul Jamaan Dt.Endah Kayo Nan Kuniang lewat sambutannya mewakili pemuka masyarakat setempat. Ucapan terimakasih juga atas pembangunan kembali dua jembatan yang rusak parah oleh banjir lahar dingin dari Gunung Merapi pada Mei 2024, meski itu relatif lambat.
Terkait Pemilu Kada 2024 pada 27 November lalu, jika ada yang “tercubit” atau “tersenggol”, Dr.Arzul Jamaan menilainya relatif wajar di era demokrasi. Hendaknya itu bisa saling memaafkan. Ibarat pepatah (Minang); Biduak lalu, kiambang batauik. Persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat perlu terus dijaga.
Kinerja Pemko Padang Panjang setahun terakhir dari pantauan Editor, tidak saja terlihat dari penanganan musibah banjir, pelaksanaan Pemilu Presiden dan Legeslatif–2024, berikut Pemilu Kada serentak 2024 yang berjalan aman, tertib dan damai. Tapi seperti juga terungkap lewat sambutan Pj.Walikota Sonny, juga cukup banyak perkembangan positif kota ini, dan banyak pula prestasi diraih di tingkat nasional dan provinsi.
Perkembangan positif kota itu sesuai data indikator makro, antaralain laju pertumbuhan ekonomi Kota Padang Panjang 4,84 %, peringkat-2 di Sumbar. PDRB perkapita Rp 76,3 juta /tahun, lebih tinggi dari rata-rata provinsi dan nasional. Rata-Rata lama sekolah 11,94 tahun, tertinggi di Sumbar, peringkat 6 di nasional.
Sementara terkait prestasi di level nasional dan provinsi, Pj.Walikota Sonny menyebut ada 33 prestasi. Beberapa contoh, meraih Kota Sangat Inovatif; Indeks keluarga sehat 0,34 (tertinggi di Sumbar); dan Top Digital Award, (lebih jauh, lihat Tabel; Indikator Makro Perkembangan Kota Padang Panjang & Sampel Prestasi Kota Padang Panjang).

Atas indikator perkembangan positif dan prestasi yang diraih Kota Padang Panjang itu, Gubernur diwakili oleh Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan, Syaiful Bahri menyampaikan apresiasi sangat positif. Apalagi itu tercapai di tengah subsidi dari pemerintah pusat yang menurun, belakangan.
Sejalan pujian itu, Gubernur mengingatkan Pemko Padang Panjang selain perlu berupaya memacu peningkatan kontribusi PAD atas APBD, juga perlu mencari sumber-sumber dana alternatif legal lainnya untuk pembangunan (fisik/non fisik). Sebab, subsidi dari pemerintah pusat menurun, belakangan.
Upaya itu, salah satu dengan mengajak calon investor berinvestasi di Kota Padang Panjang, terutama pada usaha-usaha yang diprediksi bisa menyerap banyak tenaga kerja, memicu pertumbuhan/perkembangan ekonomi lokal, berikut bisa meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah).
Perlunya penguatan APBD, dayatarik kota dan usaha ekonomi lokal tadi sejalan upaya antisipasi akan hadirnya jalan tol Padang – Pekanbaru. Sebab, jalan tol itu bisa jadi harapan, karena akses transportasi dari Padang Panjang ke Padang (pantai barat Sumatera) atau ke Pekanbaru (timur Sumatera) akan lancar dan hemat waktu.
Sebaliknya, juga bisa ancaman bagi ekonomi Kota Padang Panjang. Karena, arus kendaraan Padang – Padang Panjang – Bukittinggi menuju Pekanbaru berpotensi beralih lewat jalan tol, bukan lewat jalan raya Padang – Padang Panjang – Bukittinggi seperti selama ini. Begitu pula sebaliknya.
Dari pantauan Editor, prediksi pengaruh jalan tol Padang – Pekanbaru pada ekonomi Kota Padang Panjang seperti disampaikan oleh Syaiful Bahri itu, sebelumnya juga mulai muncul jadi perbincangan public. Termasuk waktu debat Paslon Walikota/Wakil Walikota Padang Panjang – 2024.
Persoalan itu oleh Pemko Padang Panjang dipandang sebagai salah satu tantangan yang perlu diantisipasi. Tantangan lain itu antaralain soal warga miskin 5,2 %, pengangguran 5,4 %, kelanjutan kerja sekitar 1.200 orang THL di Pemko, rumah tidak layak huni (Rutilahu) sekitar 320 unit.
Berikut, terbatasnya sisa lahan kosong yang relatif layak untuk bangunan rumah/gedung, jalan lingkar selatan yang belum tersambung di dua titik, bengkalai Gedung Convention Hall di Islamic Centre, pelanjutan Sport Centre, subsidi dari pemerintah pusat berkurang belakangan, sebagian kios Pasar Pusat masih tutup, dan soal arial parkir di pasar kawasan pusat kota.
Terkait berbagai tantangan yang dihadapi itu, perencanaan yang muncul dari Pemko Padang Panjang antaralain mengupayakan kota ini berkembang jadi kota tujuan. Langkah ke arah itu terutama lewat penguatan kota ini sebagai kota pelajar, pengembangan kota event dan kota kuliner.
Upaya lain, optimalisasi fungsi Pasar Pusat, pembenahan parkir kendaraan di kawasan Pasar Pusat dan sekitarnya, peningkatan layanan BLUD – RSUD sebagai sumber dominan penerimaan PAD pada APBD Kota Padang Panjang, pengembangan obyek wisata dan lainnya.
Di sisi DPRD, Ketua DPRD Imbral dalam jumpa pers usai rapat pleno memperingati HJK ke-234 kota itu menyebut DPRD akan mendorong Pemko memfungsikan Perusda yang ada untuk menggerakan potensi ekonomi yang ada. Tujuannya, mengurangi kemiskinan dan penganguran serta meningkatkan PAD.
Sebagai informasi, Padang Panjang, kota kecil di pertigaan jalan darat jantung Prov Sumbar, juga jantung Pulau Sumatera itu, memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) dan non SDA cukup besar. Segi SDA, seperti kekayaan deposit batu kapur, sumber mata air mineral berkualitas.

Berikut, usaha budidaya padi, palawija, tanaman hias, ikan air tawar (sawah di kota ini 100 % irigasi tehnis) dan usaha sapi perah. Potensi non SDA, seperti kota pelajar, kota event (seni budaya, olahraga, lomba sains, dll), perdagangan, kuliner, industri/kerajinan kulit, dll.
Hari jadi Kota Padang Panjang ditetapkan 1 Desember 1790 M, seperti dibacakan oleh Sekretaris DPRD setempat, Wita Desy Susanti, sesuai Perda No.17/2004. Tahun 1790 M itu merujuk ke penelitian Christine Dobbin, antropolog asal Belanda menyebut pada 1790 M Padang Panjang sudah kota modern (ukuran masa itu).
Indikator kota moderen Padang Panjang sebagai kota moderen menurut Christine Doobin dalam bukunya; Kebangkitan Islam di tengah masyarakat petani yang mulai tumbuh, antaralain;
1. Penduduk Padang Panjang sudah heterogen, terdapat dari sejumlah etnik dari nusantara, berikut dari Eropa, India, China dan Arab
2. Jual-beli sudah memakai uang yakni uang Sepanyol di kalangan ekonomi menengah ke atas.
3. Pedagang yang masuk ke Pasar Padang Panjang – yang waktu itu di sekitar Sungai Talang, Paninjauan, nagari tetanga di Kec. X Koto, Kab. Tanah Datar kini – ada dari berbagai daerah di nusantara, dan dari Eropa, China, India dan Arab.
Tahun 1790 M itulah disepakati jadi rujukan HJK Padang Panjang lewat seminar pada Maret 2003 (penghujung jabatan Walikota Yohanis Tamin). Sedangkan penguatannya dengan Perda No.17/2004 tentang HJK Padang Panjang terwujud pada 2004, era Walikota Suir Syam.
Melalui seminar; Mencari HJK Padang Panjang pada Maret 2003 itu, juga ada pesan kepada Pemko setempat, sebaiknya penelitian sejarah Padang Panjang dilanjutkan dari pasca 1790-an kemari. Sebab, catatan sejarah kota itu yang terungkap terputus-putus.
– Selepas 1790 M (penelitian Christine Dobbin) diperoleh data 1818 M yakni perpindahan Pasar Padang Panjang dari Sungai Talang, Paninjauan ke Pasar Usang Padang Panjang kini.
– Terus, 1833 M; Padang Panjang jadi Ibukota Provinsi Sumatera West Kus
– Berikut, 1846 M; penyerangan benteng Belanda di Guguk Malaintang oleh masyarakat.
– Kemudian 1881 M, keluarnya Bisluid Gubernur Jenderal Belanda No.181/1881 tanggal 1 Desember 1881 M; Padang Panjang dinyatakan sudah menampilkan wajah sebagai sebuah kota.
– Pada 1887, awal kehadiran jalan kareta api dari Teluk Bayur Padang melintasi Padang Panjang ke Sawahlunto.
– Pada 1904 berdiri Normal School (sekolah guru) di Padang Panjang yang kini jadi jadi kampus SMAN-1 Padang Panjang.
– Pada 1911 M berdiri Perguruan Thawalib Padang Panjang, pesantren pola klasikal pertama di Asia Tenggara.
Kehadiran Perguruan Thawalib Padang Panjang yang diperolopori oleh Syeh Haji Abdul Karim Amrullah (HAKA), ayah Buya HAMKA (Haji Abdul Karim Malik Amrullah) pada 1911 M kemudian memicu lahirnya
banyak pesantren pola klasikal lainnya di Padang Panjang.
Sebab, setelah itu berdiri Diniyah School (1915), Thawalib Gunung (1921), Diniyah Putri (1923), Perguruan Muhammadiyah Kauman (1926), Madrasah Irsyadin Nas (1930) dan seterusnya. Muridnya, datang dari daerah di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi sampai Maluku. Berikut, negeri jiran Malaysia, Singapore, Berunei dan Thailand Selatan.

Perkembangan sebagai kota pelajar itulah yang jadi salah satu latar belakang Padang Panjang dijuluki sebagai Kota Serambi Mekah oleh masyarakat luar kota ini di rentang 1920-1950-an (Seminar di Thawalib Padang Panjang – 1994).
Latar belakang kedua, di rentang 1920-1950-an itu di kota ini ada gerakan kaum hawa berjilbab ke Pasar Padang Panjang sebelum waktu Shalat Jumat. Mereka mengingatkan para kaum laki-laki (remaja, pemuda dan dewasa/tua) di pasar, agar pergi ke Masjid menunaikan Shalat Jumat.
Tahun 1956, Rektor Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, Syeh Abdul Rahman Taj datang ke Padang Panjang. Dia kaget, saat mendapati fakta bahwa pelajar pesantren di kota ini terdapat dari berbagai daerah di Indonesia sekarang, berikut beberapa negeri jiran.
Berselang kemudian, seperti diungkap oleh Nadjir Joenoes — mantan wartawan/cholumnis (1950-1960) dan dosen ASKI Padang Panjang (1970-190-an) – pada HUT Kota Padang Panjang 1994, seorang penulis asal Belanda menulis; Padang Panjang Mesir van Andalas, kurang-lebih maksunya; Padang Panjang sebagai pusat Pendidikan Islam terbesar kedua di dunia setelah Mesir.
Sementara di sektor ekonomi, Padang Panjang pernah tampil sebagai pusat perdagangan berpengaruh di Sumatera Tengah (Sumbar, Riau dan Jambi). Bahkan, di Sumatera untuk komoditi sayur-mayur dan ikan kering hingga penghujung 1970-an.
Berikut, juga pernah jaya sebagai pusat industri kulit (pengolahan kulit mentah jadi kulit jadi dengan samak nabati) dan kerajinan dari kulit jadi di sekitar 1920-1980-an. Usaha penerbitan/percetakan terkemuka di Sumatera Tengah lewat perusaahaan Saadiyah dan Tandikek. Pernah pula punya pabrik kertas dan pabrik pecah belah.
Itulah kurang-lebih kejayaan masa silam Kota Padang Panjang. Tidak heran, Gubernur Sumbar Hasan Basri Durin lewat sambutannya pada HUT kota ini tahun 1994, Padang Panjang jauh lebih jaya di masa lalu.
Karena itu pula, Hasan yang asal Jaho, X Koto, Tanah Datar itu Pemko dan pemuka masyarakat Padang Panjang agar mengevaluasi hari ulang tahun (HUT) kotanya. Himbauan Gubernur Hasan itu ditindaklanjuti Pemko Padang Panjang di era Walikota Yohanis Tamin (1998 – 2003).
Sebagai informasi, tadinya HUT Kota Padang Panjang dirujuk ke 23 Maret 1956, tanggal terbitnya UU No.8/1956 tentang Pembentukan Kota Padang Panjang bersama Kota Sawahlunto dan Kota Pekanbaru dalam Provinsi Sumatera Tengah. **yn/adv.–
Indikator Makro Perkembangan Kota Padang Panjang
01. Laju pertumbuhan ekonomi 4,84%, lebih baik dari provinsi dan nasional, peringkat-2 di Sumbar
02. PDRB per kapita Rp 76,3 juta/tahun, lebih tinggi dari rata-rata provinsi dan nasional.
03.Angka penduduk miskin (ekonomi) 5,2 %
04.Angka penduduk miskin ekstrim (ekonomi) 0,18 %
05.Angka pengangguran 5,4 %
06. Gini rasio 0,273, turun dari tahun lalu, indikator ada perbaikan pemerataan ekonomi dan rendahnya ketimpangan.
07. Indeks pembangunan manusia (IPM) 79,76, naik dari tahun lalu yakni 79,28
08. Angka harapan hidup 73,23 tahun, naik dari tahun lalu 73,02 tahun.
09. Angka harapan lama sekolah 15,29 tahun, Peringkat-2 di Sumbar.
10. Rata-rata lama sekolah di Kota Padang Panjang 11,94 tahun, tertinggi di Sumbar, Peringkat 6 nasional.
11. Indeks keluarga sehat 0,340, tertinggi di Sumatera Barat.
Sampel Prestasi Kota Padang Panjang, Antaralain;
01. Nilai Kepatuhan Pelayanan Publik mencapai 90,72, masuk dalam zona hijau dengan kategori A.
02.Pada 2024 ini masuk 10 besar kota terinovartif di tanah air. Sebelumnya sebagai Kota Sangat Inovatif pada 2022 – 2023.
03.Pengendalian inflasi daerah, Indeks perkembangan harga (IPH) relatif stabil/terkendali sepanjang tahun.
04.Nilai kepatuhan pelayanan publik 90,72, masuk zona hijau (Kategori-A).
05.Top Digital Awards 2023 atas penerapan teknologi informasi
06.Penyelenggara Pelayanan Publik Terbaik dari Ombudsman RI, pada 8 Januari 2024;
07.BAZNas Awatrd 2024 untuk Kepala Daerah Pendukung Gerakan Zakat pada 29 Februari 2024;
08.Adipura 2023 untuk kategori kota kecil pada 5 Maret 2024
09.Bhumandala Award – 2024 Terkait Prestasi Kinerja Perumda Air Minum Tirta Serambi.
10.Penghargaan Universal Health Coverage (UHC) dari Pemerintah RI di bidang kesehatan.


Leave a Reply