Membangkit Batang Terendam Minangkacau

(21)

Setelah dua kali tayang, Gadih Minang menampilkan di layar Infokus, rencana kegiatan tindak lanjutnya. Pertama, kelima korong tertinggal digabung dan diusulkan kepada Pemkab Marapi melalui Wali Nagari Marapi sebagai Nagari Minang, nagari bakonya pulang basamo anggota PPM Dunia.

Kedua, membangun kembali Nagari Minang yang nyaman dan sejahtera masyarakatnya berdasarkan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, dan syarak mangato adat mamakai, atau berdasarkan kepada adat yang kawi dan agama yang berketuhanan yang Mahaesa.

Setelah dua kali tayang, Gadih Minang menampilkan rencana kegiatan tindak lanjut pasca peninjauan ke korong tidak tertinggal pada kelima nagari asa nenek dan kakek mereka.

Pertama, dalam rangka peningkatan kesejahteraan keluarga kelima nagari asa nenek, dilaksanakan pelatihan bordir untuk tiga angkatan. Pesertanya, ibu rumah tangga dan gadis putus sekolah per korong per angkatan 25 orang. Pelatihnya dari Balai Latihan Kerja kabupaten. Selesai pelatihan dibuat kelompok bordir korong dan diberi lima unit mesin  bordir dan dasar kain untuk membuat mukena. Pemasarannya bekerjasama dengan Mall PPM Kota Bandung.

Kedua, dalam rangka peningkatan kesejahteraan keluarga kelima nagari asa nenek, dilaksanakan optimalisasi lahan pekarangan dengan penanaman ubi kayu dan pisang timbatu. Diadakan pelatihan untuk mengolah buahnya menjadi makanan ringan untuk tiga angkatan. Pesertanya, ibu rumah tangga dan gadis putus sekolah, per korong per angkatan 25 orang. Pelatihnya dari dinas perindustrian kabupaten. Usai pelatihan dibuat kelompok per korong, dibantu bibit ubi kayu dan pisang timbatu, dibelikan peralatan dan perlengkapan untuk pengolahan dan kemasan makanan ringan. Pemasarannya bekerjasama dengan Mall PPM Kota Bandung.

Setelah dua kali tayang, Gadih Minang menampilkan kesimpulan hasil pengamatan gaya hidup dan perilaku umbuik mudo kelima nagari asa nenek dan kakek mereka. Umbuik mudo bujang usia SMP dan SMA bergadang tiap malam dipersimpangan jalan, dan ketika wirid dilaksanakan di surau korong bermain domino dan maota-ota di warung. Tidak ada yang menghardik atau menegur mereka. Umbuik mudo padusi usia SMP dan SMA pulang sekolah dan pada hari libur keluar rumah berpakaian ketat menampakkan aurat. Tidak ada yang menegur. Umbuik mudo dari luar korong dan luar nagari seenaknya berlalu lalang dengan sepeda motor resing. Tidak ada yang menegur atau melarang.

Kemudian Gadih Minang menampilan di layar Infokus, empat rencana kegiatan tindak lanjut pasca peninjauan gaya hidup dan perilaku umbuik mudo kelima nagari asa nenek dan kakek mereka.

Pertama, dalam rangka menyiapkan nagari asa nenek dan kakek mereka sebagai benteng sekaligus atol ketahanan bangsa dan NKRI dari dampak negatif globalisasi dan digitalisasi, dilaksanakan revitalisasi fungsi surau korong dengan menjadikannya sebagai pusat kegiatan pengasahan dan peningkatan fisik, mental dan spritual umbuik mudo korong. Umbuik mudo korong yang telah akil balig pada setiap Sabtu dan Minggu setelah Isya, latihan pidato adat dan agama, Pencak Silat, Randai, dan Indang. Umbuk mudo yang belum akil baligh, setiap selesai mengaji shalat Magrib dan Isya berjamaah. Umbuik mudo usia sekolah, Senin sampai Rabu pada pukul 10.00-12.00 WIB, tutorial Kejar Paket A, B dan C. Tutornya didatangkan dari dinas terkait kabupaten.

Kedua, dalam rangka tidak mudah terayu manisnya efek positif globalisasi dan digitalisasi, umbuik mudo

korong yang melanggar syarak mangato adat mamakai: judi, zina, Narkoba, dan minuman keras, keluarganya diberi sangsi adat dan agama dengan melarang tuo korong dan labai korong mengurus alek baik dan alek buruaknya. Pelaksananya: tuo korong dan labai korong, dan pengawasnya: manti dan dubalang korong, diberi honor bulanan.

Ketiga, dalam rangka meningkatkan egaliter atau  kebersamaan Urang Minang sehingga anduang secucu, mamak sekemenakan, ayah seanak, dan kakak seadik, bundo kanduang, ninik mamak, ayah tuo, dan kapalo mudo, difungsikan sebagai parik paga korong guna menghardik umbuik mudo korong yang tidak tahu dengan kato  nan ampek, dan berpakaian menonjolkan aurat. Penghardik atau parik paga korong diberi honor bulanan.

Keempat, apabila jemaah cukup semukim atau 40 orang, BMASN dan KAN mengizinkan di surau korong dilaksanaan shalat Jumat, shalat Idul Fitri dan shalat Idul Adha. Imam, khatik, bilal, dan garinnya diberi honor bulanan.

“Udah selesai,” kata Gadih Minang, lalu menggeser mikrofon ke dekat Julia Maya Panyalai. (Bersambung)

 

Previous Image
Next Image

info heading

info content

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*