Bank Nagari tahun 2018 telah meraih beberapa capaian dalam menggerakkan perekonomian. Capaian itu di antaranya adalah total asset Rp23,3 triliun, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun Rp18,18 triliun. Kredit yang yang diberikan/disalurkan Rp17,58 triliun, NPL 2,95 persen dan laba bersih Rp346,7 miliar.
Itulah fakta yang dikemukakan Direktur Utama Bank Nagari Dedy Ihsan pada hari HUT Bank Nagari ke-57, Selasa (13/3/2019) di Padang. “Di saat posisi perekonomian yang belum membaik, Bank Nagari masih dapat tumbuh dan menghasilkan laba yang terbaik. Bank Nagari kembali menjadi bank pembangunan daerah yang diperhitungkan,” kata Dedy Ihsan.
Dan secara nasional, hasil riset dan penelitian majalah Infobank, Bank Nagari diganjar penghargaan Infobank Awards 2017 atas pencapaian dengan predikat sangat bagus. Tiga tahun berturut-turut Bank Nagari peroleh penghargaan dari Infobank. Juga peroleh Anugerah Syariah Republika 2017 dengan kinerja terbaik.. Bank Nagari juga peroleh Good Corporate Governance Award 2017 dari majalah Economic Review . Sebelumnya Bank Nagari melalui unit usaha syariahnya berhasil meraih penghargaan Infobank Sharia Finance Awards 2017 atas kinerja terbaiknya di tahun 2016. Itu antara lain prestasi Bank Nagari di antara banyak prestasi lainnya.
Lantas, Bank Nagari sudah puas sampai di situ? Tentu saja tidak. Saya yakin masih banyak hal lain yang harus dioptimalkan, agar kinerja Bank Nagari lebih mengagumkan. Agar peran Bank Nagari untuk pembangunan di Sumatera Barat semakin membumi dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Dan agar Bank Nagari lebih akrab dengan anak muda generasi milenial, Bank Nagari harus terus melakukan inovasi dalam program dan pelayanannya.
Dalam tulisan ini saya menawarkan sejumlah inovasi program dan layanan, mengacu kepada hadits sebagai berikut: “Tidaklah beriman kepadaKu orang yang bermalam dengan kenyang sementara tetangganya lapar sampai masuk ke lambungnya, sedang dia mengetahuinya.” (Hadits diriwayatkan Ath Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir).
“Dan barangsiapa yang berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah juga akan berusaha memenuhi kebutuhannya “(HR Bukhori: 2442, 6951); Muslim 2580, Abu Dawud 4893, At-Turmudzi: 1426 dan Ahmad: II/91).
Jika kita ibaratkan orang yang kenyang itu Bank Nagari, karena laba yang didapat setiap tahunnya relatif besar dan bank yang tak henti hentinya berprestasi, maka tetangga yang lapar itu adalah warga yang tiada henti didera kemiskinan dan atau warga yang rentan masuk kategori miskin karena tiada sanggup memenuhi kebutuhan hidupnya; pangan, kesehatan, dan pendidikan. Juga warga yang kini masih mencari pekerjaan dan pengangguran adalah saudara yang harus diselamatkan Bank Nagari. Kelak Allah SWT akan membalasi dengan keuntungan yang berlipat-lipat, sebagaimana janjiNya.
Gagasan yang hendak saya sampaikan adalah, bagaimana Bank Nagari lebih meningkatkan perannya mengentaskan kemiskinan dan pengangguran, dua masalah utama bangsa dan negara kita. Saya yakin, melalui dana CSR Bank Nagari sudah membantu masyarakat dan lembaga pendidikan selama ini, melalui beasiswa dan bantuan dana pendidikan. Akan tetapi, menurut pemikiran saya, ada peran besar lain yang bisa dilakukan Bank Nagari.
Pertama mengentaskan kemiskinan. Data BPS Sumbar (2018) menyebutkan. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat per Maret 2018 adalah 357.130 jiwa. Tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk dilaporkan bertengger di peringat empat terbawah dalam daftar perolehan rasio gini nasional.
Fakta yang saya temui di lapangan, ketika memberikan pelatihan tentang Strategi Komunikasi Pemasaran di Era Digital di Kabupaten Pesisir Selatan, hampir semua industri rumah tangga atau usaha kecil menengah/usaha mikro mengeluhkan kesulitan mendapatkan pinjaman/kredit dari perbankan.
Jika selama ini Kredit Usaha Rakyat (KUR) tidak mencapai target, mungkin karena faktor persyaratan yang ketat, atau karena ketiadaan agunan, maka terobosan yang bisa dilakukan Bank Nagri adalah dengan mencarikan orang atau lembaga penjamin. Jika ada 25 persen penduduk miskin dibantu setiap tahunnya, maka dalam tempo sekira empat tahun, kemiskinan di Sumatera Barat bisa dientaskan.
Misalnya, setelah mencek UKM yang berharap bantuan kredit ke lapangan, lalu dianalisa berapa kebutuhan dana bagi usaha tersebut, ditetapkanlah penjaminnya. Ini sifatnya Bank Nagari bukan menunggu, tetapi proaktif jemput bola dari rumah ke rumah. Ada tenaga pemantau khusus yang profesional dan kemudian menilai seorang pelaku usaha layak dibantu Rp10 juta atau lebih, misalnya. Kredit diberikan setahu Camat atau Wali Nagari, sehingga pejabat pemerintahan itu bisa sebagai penjamin.
Tenaga khusus dari pihak Bank Nagari melakukan wawancara khusus dengan calon pemerima bantuan/pinjaman, sehingga tahu bahwa si A layak dibantu untuk usaha C, si B layak dibantu untuk usaha D, dan sebagainya. Tentu semua dipertimbangkan prospek usaha tersebut ke depan dan jika perlu pihak Bank Nagari sekaligus memberikan peningkatan wawasan, memberikan bimbingan teknis, dan jika perlu sekaligus mencarikan peluang pemasaran dan strategi memasarkan.
Bank sebagai lembaga yang ditunjuk untuk penanggung jawab juga terus melakukan pendekatan agar pelaku usaha mudah dalam mendapatkan akses KUR. Pemerintah daerah terus mendorong usaha mikro/usaha rumah tangga/UKM memanfaatkan KUR sebagai tambahan modal dalam menggerakkan usaha.
Misal, ada usaha mikro kuliner jualan mpek-empek, prospeknya sangat bagus tetapi terkendala untuk pengembangannya. Dia butuh freezer/lemari pendingin untuk menyimban 50 kg atau 500 kg bahan baku ikan. Usaha mpek-mpek laris, cuma bahan baku ikan terputus stoknya sehingga tak bisa berproduksi, karena ikan hasil tangkapan amat terbatas yang bisa disimpan di lemari pembeku. Lagi pula, jenis ikan yang digunakan untuk membuat mpek-empek tidak selalu ada. Ada masa paceklik dan ikan hasil tangkapan sedikit. Banyak usaha lainnya yang berharap turun tangannya Bank Nagari, seperti usaha rendang lokan dan puluhan UKM/usaha mikro lain. Ini di Pesisir Selatan. Di Sumatera Barat ada ribuan dan mungkin puluhan ribu sektor UKM yang berharap program inovasi Bank Nagari dengan sejumlah kemudahan.
Ada pula warga yang selain miskin, anak-anaknya juga didera gizi buruk/stunting. Nah, pihak Bank Nagari bisa membantu warga miskin dan gizi buruk untuk membeli modal dalam bentuk natura. Misalnya, warga miskin itu ingin pelihara sepasang bibit kambing, 10 ekor bibit ayam dan 10 ekor bebek petelur. Total pinjaman, misal Rp 10 juta. Yakinlah, kambing dan ayam piaraannya akan beranak-pinak dan bebeknya akan memproduksi telur. Jika bebek bertelur selama sembilan bulan tanpa henti dan dengan 10 butir telur produksi sehari, maka telur selain dapat dijual, sebagian bisa untuk meningkatkan gizi anak dan keluarga. Gizi buruk teratasi, kemiskinan bisa juga diatasi.
Bayangkan jika balita gizii buruk dibiarkan dan tanpa ada kepedulian Bank Nagari, misalnya, maka program “industri otak” untuk melahirkan anak bangsa yang berkualitas kelak, tidak akan terwujud. Hanya akan menjadi ota saja. Masa depan bangsa dan atau daerah Sumatera Barat bisa berada dalam ancaman, akan ada generasi yang hilang (lost generation).
Jadi, betapa besar artinya jika Bank Nagari untuk mengentaskan kemiskinan dan sekaligus meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Sumatera Barat. Tentu, terobosannya itu tadi, Bank Nagari tidak kaku dengan persyaratan. Tidak mewajibkan ada angunan sebagai jaminan. Tetapi cukup ada petugas dari pihak Bank Nagari yang intens menilai, membina dan mencarikan solusi dari kendala yang dialami pelaku usaha mikro dan masyarakat miskin, sekaligus sebagai penjaminnya adalah perorangan pejabat/lembaga yang jelas.
Sebab sektor usaha mikro/UKM adalah instrumen yang kompetitif dalam menanggulangi kemiskinan. Dengan inovasi yang dilakukan Bank Nagari untuk lebih mengoptimalkan perannya, diharapkan persoalan yang menghadang UKM/usaha mikro selama ini seperti minimnya akses perkreditan dan pola pendampingan usaha, sedikit demi sedikit bisa diatasi.
Penanggulangan kemiskinan melalui UKM/usaha mikro menjadi bagian dari kebijakan yang bertujuan untuk membuka peluang dan kesempatan bagi masyarakat miskin untuk secara luas berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi.
Inovasi program dan kebijakan setidaknya untuk (1) membuka peluang atau kesempatan bagi orang miskin, (2) untuk memberdayakan kelompok miskin, (3) melindungi kelompok miskin, dan (4) kebijakan dan program untuk memutus pewarisan kemiskinan antargenerasi.
Kedua, mengatasi pengangguran. Bagaimana Bank Nagari mengurangi angka pengangguran? Tingginya angka pengangguran terbuka di Indonesia dan Sumatera Barat khususnya, hendaknya bisa melahirkan inovasi produk layanan bagi Bank Nagari.
Kepala Badan Pusat Statistik Sumatera Barat, Sukardi, mengatakan, data per Agustus 2018, jumlah penganggur di Sumatera Barat sebanyak 141.680 orang. Tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,55 persen. Jumlah angkatan kerja per Agustus 2018 sebanyak 2,55 juta orang.
Untuk mengentaskan pengangguran, peran yang bisa dilakukan Bank Nagari adalah dengan memberikan pelatihan keterampilan kepada penganggur dan atau calon sarjana yang ingin mengembangan ekonomi kreatif dan bisnis yang bisa membuat mereka mandiri. Setelah yakin dengan pilihan usaha yang akan dia jalani, maka Bank Nagari memberikan bantuan modal berbunga rendah dengan syarat cukup Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga.
Misalnya, karena Sumatera Barat adalah daerah tujuan wisata yang menarik di Indonesia, maka para penganggur diberikan pelatihan menjadi tour operator. Bagi yang ingin menjadi penulis, bisa diberikan pelatihan menulis dengan narasumber yang kompeten dan bisa menginspirasi peserta. Dan banyak pekerjaan lain yang bisa dijalani untuk mengurangi angka pengangguran, seperti bagaimana menjalani bisnis secara online.
Kenapa Bank Nagari yang membekali pengangguran dengan berbagai keterampilan? Supaya bisa menilai keseriusan peserta dan supaya bantuan/ kredit yang diberikan benar-benar bermanfaat dan berdampat positif merubah kehidupan mereka menjadi pribadi yang mandiri.
Intinya, Bank Nagari harus melakukan pembinaan, melakukan pemantauan (monitoring) sebelum dan sesudah pembiayaan diberikan.
Bank Nagari Syariah
Jika saat ini Bank Nagari hanya punya Unit Usaha Syariah, maka ke depan Bank Nagari harus menjadi Bank Syariah secara utuh, yakni Bank Nagari Syariah. Jika segera melakukan konversi menjadi Bank Nagari Syariah, maka saya yakin akan mendapat dukungan besar, karena Sumatera Barat mayoritas penduduknya adalah beragama Islam. Bisnis syariah sangat cocok dipraktikkan di bumi Ranah Minang.
Saya yakin, saat ini Bank Nagari belum percaya diri saja untuk hijrah dari Bank Nagari yang konvensional menjadi Bank Nagari Syariah. Mungkin saja khawatir keuntungan akan berkurang. Padahal dengan berlabel Bank Nagari Syariah, bagi hasil yang didapatkan bisa lebih besar. Mungkin manajemen Bank Nagari perlu belajar ke Bank Aceh Syariah dan BPD Nusa Tenggara Barat yang sukses melakukan konversi ke syariah.
Dengan hanya berupa unit usaha syariah saja Bank Nagari sudah menorehkan prestasi di tingkat nasional, dengan kinerja terbaik. Hal ini seharusnya mampu memacu Bank Nagari untuk mencatatkan kinerja yang lebih baik tahun 2019 ini. Catatan per Desember 2017, aset Unit Usaha Syariah Bank Nagari sebesar Rp1,4 triliun, dengan pembiayaan Rp1,3 triliun. Sedangkan dana pihak ketiga tercatat sebesar Rp1,03 triliun.
Tentu saja, jika Bank Nagari konvensional beralih menjadi Bank Nagari Syariah harus dilakukan berbagai terobosan dan inovasi, sehingga Bank Nagari Syariah bisa berkembang cepat menyaingi perbankan konvensional. Yang harus dilakukan adalah membuat model bisnis yang jelas dan sangat berbeda, begitu juga sistem pelayanannya. Perbankan syariah memiliki prospek besar di Sumatera Barat. Ini karena mayoritas penduduk Sumatera Barat khususnya dan Indonesia umumnya adalah Muslim.
Yang harus jadi perhatian, seandainya beralih ke Bank Nagari Syariah, sumberdaya manusia/karyawan harus kompeten dan profesional lulusan perbankan syariah. Bukan limpahan atau pindahan dari Bank Nagari konvensioal. SDM yang berkualitas dan kompeten itu harus terus menerus mengikuti training dan workshop atau kuliah sarjana dan pascasarjana.
Selain itu, SDM yang ditempatkan di Bank Nagari Syariah harus mengikuti program sertifikasi. Program sertifikasi dalam bidang keuangan syariah ini perlu diperbanyak untuk menstandardisasi kemampuan dari staf perbankan syariah. Kemudian, program sertifikasi profesional ini juga penting terkait kesiapan perbankan syariah tanah air menghadapi MEA dan ABIF.
Dengan demikian, saya yakin produk Bank Nagari Syariah akan jelas dan bukan produk mirip dengan bank konvensial. Bahkan, dengan karyawan yang profesional dan paham perbankan syariah, nasabah kelas satu bisa dijaring. Apabila Bank Nagari Syariah memiliki model bisnis serta sasaran nasabah yang berbeda dan lebih tersegmentasi, Bank Nagari Syariah akan tumbuh optimal.
Bank Nagari Syariah bisa memperluas jangkauan dengan menyasar pesantren dan universitas Islam. Apalagi, jumlah pesantren dan universitas Islam (sebelumnya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan atau Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) di Indonesia sangat banyak sehingga menjadi potensi yang besar.
Dan yang perlu diingat, Bank Nagari Syariah harus juga diarahkan untuk merespon agenda pembangunan daerah dan memenuhi harapan masyarakat, Tujuannya supaya perbankan syariah dapat lebih berperan mendukung pembangunan sektor riil.
Inovasi dalam Pelayanan
Untuk mengoptimalkan laba/bagi hasil dan pertumbuhan perbankan, perlu dilakukan terobosan dan inovasi. Ketika saya ke Kabupaten Kepulauan Mentawai, hanya ada pelayanan Bank Nagari di Tuapeijat. Sedangkan pelayanan di pulau lain seperti di Sikakap dan Siberut tidak ada, baik mesin ATM Bank Nagari maupun kantor pelayanan.
Karena itu, saya menyarankan kalau bisa ada pelayanan Bank Nagari di atas kapal, yang dilengkapi layanan kasir dan anjungan tunai mandiri (ATM). Dengan demikian masyarakat mudah untuk menabung, mudah melakukan pinjaman, sehingga perputaran uang yang ada di daerah Mentawai itu, misalnya, betul-betul terasa dan bisa dilihat nantinya di dalam arus yang ada di perbankan kita.Dengan terobosan dan inovasi yang dilakukan Bank Nagari, tentu saja ini akan membantu pemerintah dalam rangka membantu mempercepat pemerataan pembangunan di Kabupaten Kepulauan Mentawai, salah satu daerah terdepan, terluar, dan tertinggal di Indonesia.
Inovasi lain adalah Bank Nagari harus adaptif terhadap teknologi digital. Ekspektasi konsumen terhadap teknologi/inovasi digital begitu tinggi.
Sebuah gelombang baru teknologi seperti blockchain, Application Programming Interface (API), hingga robo-advice merevolusi kita dalam mengelola, mengontrol, dan mendistribusikan uang. Kita tidak perlu datang ke bank untuk melakukan transaksi. Cukup dengan menggunakan aplikasi mobile banking melalui smartphone, kita sudah dapat melakukan berbagai aktivitas perbankan.
Perbankan digital dianggap menjadi cara baru berbisnis terutama berkat potensinya untuk menghemat biaya. Bank Nagari sebaiknya melihat bahwa hal tersebut bukan sekedar mendigitalisasi produk yang sudah ada, tetapi mengubah pola pikir dan solusi menjadi digital sebuah perilaku dan kebutuhan masyarakat. Bank Nagari perlu menempatkan diri pada sisi nasabah dan mengubah pengalaman konsumen agar menjadi lebih besar dari sekedar otomasi.
Yang paling menantang dalam inovasi perbankan digital ini adalah menanamkan budaya baru dalam perusahaan. Pembenahan dapat dilakukan mulai dari penerapan konsep open office agar tercipta nuansa kolaborasi. Cara budaya karyawan yang smart casual menstimuli gaya bekerja yang dinamis dan berpikiran terbuka. Bank Nagari bisa merancang seri pelatihan untuk mempersiapkan karyawan bekerja dengan gesit yang mencakup topik seputar teknologi, media sosial, API, pemasaran digital serta keamanan teknologi informasi. Semuanya dikemas dalam aplikasi digital yang dapat diakses di mana saja.
Jika kita sadar bahwa saat ini adalah era generasi milenial (berusia 18-29 tahun) dan sangat terpapar gawai, maka inovasi pelayanan melalui teknologi digital menjadi sebuah keharusan. Misalnya bagaimana membuka rekening tanpa harus ke kantor Bank Nagari, tapi cukup dilakukan secara digital, sehingga waktu yang dibutuhkan bisa dipersingkat, misal dalam hitungan 10 menit. Kemudian bagaimana nasabah Bank Nagari bisa melakukan penarikan tunai di mesin ATM tanpa kartu. Yakinlah, kelas milenial merupakan segmen pasar yang potensial.
Menurut data, berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), sebanyak 132,7 juta orang atau 51,8 persen dari total penduduk Indonesia adalah pengguna internet. Sedangkan survei We Are Social mengungkap bahwa 91 persen penduduk Indonesia memiliki ponsel dan 47 persen di antaranya memiliki smartphone.
Karena itu, segmen pasar yang potensial ini jangan sampai diabaikan. Presiden Jokowi, tanggal 15 Maret 2018 lalu, di hadapan para pimpinan perbankan di Istana Negara, Jakarta, mengatakan, hadapi persaingan global perbankan nasional mesti berinovasi. Perbankan Indonesia harus mampu mencari dan menyiapkan inovasi karena persaingan bisa datang dari mana saja.
Agar peningkatan kinerja Bank Nagari dapat dipertahankan terutama peningkatan dana pihak ketiga (DPK), maka ada tiga terobosan yang bisa dilakukan. Pertama, memaksimalkan branchless banking. Sudah bukan rahasia lagi bahwa saat ini perbankan kita mulai mengembangkan pengumpulan dana pihak ketiga dengan tidak harus melalui kantor bank. Masyarakat dapat menabung atau melakukan transfer melalui agen-agen yang sudah ditunjuk oleh bank.
Kedua, memaksimalkan teknologi informasi. Kemajuan teknologi informasi suatu bank dapat menjadi daya tarik masyarakat dalam menempatkan dana di bank. Ketika bank menawarkan teknologi serba cepat dan mempermudah masyarakat melakukan transaksi, maka bank tersebut akan menjadi incaran masyarakat ketika menempatkan dananya. Kondisi saat ini menuntut bank dapat memberikan layanan prima ke masyarakat.
Ketiga, yang tidak kalah pentingnya bahwa perbankan harus benar-benar dapat menjadi institusi yang bisa dipercaya untuk menjalankan amanah dari masyarakat dalam mengelola dana masyarakat. Karena bank adalah lembaga keuangan yang mengandalkan kepercayaan sehingga masyarakat pun merasaan ketika menempatkan dana di bank. Dengan demikian DPK semakin meningkat seiring meningkatnya kepercayaan masyarakat yang akhirnya kinerja perbankan akan semakin kinclong. ** YURNALDI – Wartawan Utama
Penulis adalah: Pemimpin Redaksi Tabloid Berita Editor
Leave a Reply