Padang, Editor.- Pada awal tahun 2020 ini manajemen pengelolaan TNKS memberdayakan masyarakat desa di luar kawasan 348.125 hektar luas hutan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) Wilayah II Sumbar, guna mengembangkan wisata Tubing, pertanian dan peternakan. Selain itu, ada beberapa program dalam kawasan dan progres di luar kawasan.
Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Pengelolaan hutan konservasi TNKS Wilayah II Sumbar Yunaidi, saat dijumpai di ruang kerjanya Selasa (25/2/2020).
Menurut Yunaidi, di luar kawasan TNKS Wilayah II Sumbar ada mengelola objek wisata pemandian. Ini baru diluar kawasan. Termasuk mengembangkan olahraga tubing (sejenis olahraga arung jeram) dan memberikan beberapa fasilitas untuk pemuda kenagarian Lumpo Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar, karena di Kenagarian Lumpo punya potensi sungai sepanjang 150 meter yang bisa dikembangkan untuk olahraga tubing.
Agar kelestarian hutan di luar kawasan hutan TNKS dan sungai berair bersih, makanya diberikan bantuan ekonomi berupa fasilitas peralatan, kemudian peralatan itu disewakan pada masyarakat yang berkunjung.
“Jadi, dengan target kebersihan sungai sepanjang 150 meter itu, kita galakkan kegiatan ini bersama Walinagari Lumpo, Nasrullah,” jelas Yunaidi.
Kenagarian Lumpo baru baru ini mendapatkan penghargaan sebagai desa atau nagari Program Lingkungan Hidup (Proglin) Utama tingkat nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup. Sebab, Kenagarian Lumpo sebagai kenagarian proglin yang mengembangkan wisata kenagarian kawasan hutan yang berkerjasama dengan pihak terkait sebagai wisata terpadu dengan konsep olahraga, dan pertanian.
Sehingga Kenagarian Lumpo mampu menonjolkan kebersihan lingkungan hidup. Disamping itu di daerah Sako Tapan, juga pernah tercatat sebagai wilayah kasus pelanggaran illeggal logging yang masif atau sulit diberantas. Sekarang illeggal logging Sako Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan praktis berhenti berkat masyarakat sedang mengembangkan wisata pemandian alam.
“Program tersebut dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat Sako Tapan secara luas. Karena pada hari hari tertentu objek wisata pemandian alam itu ramai dikunjungi masyarakat. Selain itu masyarakat lebih menyadari pengembangan objek wisata yang lebih penting ketimbang illeggal logging, sebagaimana hutan bisa terjaga dan nagarinya bisa dikembangkan.
Lebih lanjut dijelaskannya, pada daerah yang berbeda, pengelolaan manajemen hutan konservasi TNKS dengan konsep yang sama tetapi beda materinya. Diantaranya pengembangan wisata pendakian gunung di daerah Kabupaten Solok Selatan. Disini adanya pendakian gunung Kerinci dengan 2 pintu masuk. Salah satu pintu masuk di Kayu Aro dan dari Solok Selatan yang view berbeda dengan Kayu Aro. Di Kayu Aro itu view- nya dari kanan, hutannya masih bagus. Sementara waktu tempuh pendakian lewat Solok Selatan lebih jauh.
“Tahun 2020 ini TNKS ada bantuan untuk 5 kenagarian atau desa untuk pengembangan masyarakat pinggir hutan. Kita lihat dulu potensinya, kalau disitu bisa pengembangan pertanian-maka pertanian yang kita suport. Tetapi kalau potensinya wisata maka program wisatalah yang kita kembangkan,” ulasnya.
Yunaidi juga mengatakan, TNKS ada bantuan anggarannya dari APBN dengan masing masing pernagari atau per desa sebanyak 50 juta rupiah. Bantuan itu langsung disalurkan melalui nomor rekening kelompok. Karena potensi bantuan itu bisa pertanian, bisa wisata, dan bisa peternakan. **Obral Chaniago
Leave a Reply