Membangkit Batang Terendam Minangkacau

(14)

hep ta hep ti …hep ta hep ti

Besok sorenya telah buncah kabar, bahwa proposal yang dirancang Gadih Minang selesai shalat Isya

difinalkan. Malamnya Surau Gadang KP PPM Kota Bandung penuh sesak. Jemaahnya bukan saja para tunduik beserta kakek-nenek dan ayah-ibunya, juga puluhan pemuda warga kompleks tetangga yang ingin tahu perkembangan idealisme para tunduik padusi kompleks perumahan PPM Kota Bandung itu.

Begitu Tuangku Sulaiman selesai berdoa setelah shalat Isya, Gadih Minang, Emilia Maya Patopang, Betty Maya Jambak dan Julia Maya Panyalai, segera menyibak kain pembatas jemaah lelaki dengan perempuan. Ajo Uddin segera pula memasang layar Infokus di sebelah kanan mihrab.

Para tunduik padusi duduk lima shaf di tengah surau menghadap para tunduik bujang yang duduk lima shaf di depan mereka dengan membelakang mihrab. Gadih Minang yang duduk di sebelah Julia Maya Panyalai, menghidupkan laptop dan membuka file rancangan proposal yang akan difinalkan itu.

Setelah covernya – masing-masing tunduik padusi dan bujang yang diapit nenek ibu dan kakek-ayahnya berdiri memandang si gunung kembar Marapi dan Singgalang – tertayang di layar Infokus, Gadih Minang menyikut Julia Maya Panyalai yang duduk di samping kanannya.

“Assalamualaikum,” kata Julia Maya Panyalai.

“Walaikumsalam!” jawab sebagian banyak yang hadir.

“Sesuai undangan, hari ini kita memfinalkan rancangan proposal: Sebelum Resmi Pulang Ka Bako Para Tunduik Pulang Basamo Dahulu Ke Ranah Minang. Sebelum kita minta pendapat para tunduik bujang, kita simak dahulu informasi dari Maya Bet. Dipersilahkan!” kata Julia Maya Panyalai.

Betty Maya Jambak dari tempat duduknya menyampaikan, bahwa mereka telah membuat portal

“Sebelum Para Tunduik Resmi Pulang Ka Bako, Pulang Basamo Dahulu Ke Ranah Minang”.

Viktor Tanjung, Ketua Persatuan Pemuda Maya atau PPM Dunia sekaligus Ketua Persatuan Pemuda

Minang atau PPM Dunia yang bermukim di Amsterdam, Negeri Belanda, menanggapinya melalui surat elektronik yang dikirim ke email Maya Bet.

“Gadih, tolong tampilkan surat elektroniknya di layar Infokus,” kata Betty Maya Jambak.

Gadih Minang menayangkan surat elektronik Viktor Tanjung dimaksud di layar Infokus. Setelah tiga kali tayang, Gadih Minang menampilkan kesimpulan isinya.

Pertama, 250 anggota PPM Dunia akan pulang basamo guna menghidupkan dan membangun kembali

Nagari Minang, nagari bako anggota Persatuan Pemuda Maya (PPM) Dunia. Kedua, karena kakek-nenek senagari dengan kakek-nenek para tunduik bujang KP PPM Kota Bandung, mereka pulang basamo pula dengan jadwal disamakan dengan jadwal para tunduik pulang basamo.

Tiga, ke-250 anggota PPM Dunia berkomitmen mensinerjikan program bhakti sosialnya dengan program bhakti sosial para tunduik pulang basamo.

Empat, sumber dana sinerji program bhakti sosial diusulkan ke-250anggota PPM Dunia pada Mubes XXX Urang Maya melalui Yayasan Pembangunan Nagari Minang. Mubesnya dijadwalkan setelah tiba di Ranah Minang.

“Selesai,” kata Gadih Minang.

“Ada tanggapan?” kata Julia Maya Panyalai.

Rina Maya Bodi, Koordinator Blok A para tunduik padusi, mengangkat tangannya, lalu berdiri di tempat duduknya.

“Silahkan!” kata Julia Maya Panyalai.

“Karena sumber dana sinerji program bhakti sosial udah terang, rancangan proposal udah bisa kita finalkan!”

“Setuju kawan-kawan?” kata Julia Maya Panyalai melempar.

”Setuju!” jawab kawan-kawannya serentak.

“Selanjutnya, gimana Maya Rin?” tanya Julia Maya Panyalai.

“Kita bentuk panitia penyelenggaranya!”

“Setuju kawan-kawan?” kata Julia Maya Panyalai melempar.

“Setuju!” jawab kawan-kawannya serentak.

“Maya Rin, gimana teknisnya?” tukas Julia Maya Panyalai.

“Pengarah dan panitia pelaksananya kita susun melalui tim formatur. Pihak yang mengetahui dan menyetujui ex-offisio adalah Sekjen PPM Dunia, Ketua PPM Indonesia, Ketua PPM Provinsi Jawa Barat, dan Ketua PPM Kota Bandung, tinggal mengetik nama beliau saja di halaman akhir proposal.”

“Bagaimana kawan-kawan?” kata Julia Maya Panyalai melempar.

“Setuju!” jawab para tunduik padusi serentak.

“Baik. Siapa tim formaturnya?” tanya Julia Maya Panyalai.

“Kedelapan koordinator blok tunduik padusi!”

“Bagaimana kawan-kawan?” kata Julia Maya Panyalai melempar.

“Setuju!” jawab kawan-kawannya serentak.

“Gadih, serahkan strukturnya,” kata Julia Maya Panyalai.

Gadih Minang mengambil struktur penyelenggara dimaksud dari dalam tasnya, lalu menyerahkannya kepada Rina Maya Bodi yang duduk di depannya.

“Para koordinator blok para tunduik padusi, silahkan baganjua,” kata Julia Maya Panyalai.

Rina Maya Bodi mengkode dengan menaikkan telapak tangan kanannya ke atas, lalu melangkah. Ketujuh koordinator blok tunduik padusi lainnya mengikuti langkah Rina Maya Bodi dari belakang. Setiba di shaf yang masih kosong, mereka duduk dan baganjualah. Sayup-sayup terdengar mereka berbisik-bisik. Para kakek-ayah dan nenek-ibu mereka memandang sambil mengulum senyumnya. Para tunduik bujang tak bergeming di tempat duduknya.

Tak cukup tiga menit kemudian baganjua selesailah. Mereka berdiri, lalu berjalan beberapa langkah kemudian duduk kembali di tempatnya semula.Setelah duduk, Rina Maya Bodi menyebutkan nama Julia Maya Panyalai sebagai pengarah, Gadih Minang, Emilia Maya Patopang dan Betty Maya Jambak sebagai ketua, sekretaris dan bendahara. Denis Maya Sikumbang, Lidya Maya Tanjung, Herni Maya Chaniagodan Sofia Maya Koto sebagai koordinator seksi sekretariat, dana/sponsor, pendaftaran/pemberangkatan, dan dokumentasi/publikasi. Masing-masing seksinya beranggotakan lima orang.

Selesai membacakannya, Rina Maya Bodi menyerahkan dua lembar kertas berisi nama-nama struktur penyelenggara “Sebelum Resmi Pulang Ka Bako, Para Tunduik Pulang Basamo Dahulu Ke Ranah Minang” itu kepada Julia Maya Panyalai yang duduk di depannya. Julia Maya Panyalai membaca dan menelitinya sejenak.Kawan-kawan memandangnya dengan diam.

“Gadih, ketik nama pengarah, ketua, sekretaris, bendahara, serta nama kakek dan ayah kita pengurus keempat PPM sebagai pihak yang mengetahui dan menyetujui di halaman akhir proposal, lalu prin rangkap dua,” kata Julia Maya Panyalai setelah selesai membaca dan menelitinya.

Gadih Minang mengambil flesdis dari saku depan tasnya, lalu berdiri dan melangkah menuju kamar

garin. Rina Maya Bodi mengiringi Gadih Minang dari belakang. Para tunduik padusi memandangnya sambil memamerkan lesung pipitnya. Para tunduik bujang memandang dengan diam kemudian menekurkan kepalanya.

Tak cukup  dua menit kemudian, Gadih Minang dan Rina Maya Bodi beriringan keluar dari kamar garin.Setelah duduk, Gadih Minang menyerahkan dua macam print out itu kepada Julia Maya Panyalai. Masing-masingnya rangkap dua.Julia Maya Panyalai membacanya sejenak.Kawan-kawannya memperhatikan dengan diam. Selesai membacanya, Julia Maya Panyalai mengkode dengan menggerakkan telapak tangan kanannya ke dadanya.

Ketiga kawannya itu mendekati tempat duduknya. Julia Maya Panyalai memaraf terlebih dahulu halaman terakhir yang akan ditandatangani keempat pengurus PPM. Lalu bergantian Julia Maya Panyalai, Gadih Minang, Emilia Maya Patopang, dan Betty Maya Jambak menandatangani kedua print out halaman terakhir proposal itu.

Selesai ditandatangani, Julia Maya Panyalai pun menyerahkannya kepada Gadih Minang.

Gadih Minang pun menyatukannya dengan lembaran proposal lainnya beserta lampirannya, lalu memasukkannya ke dalam sebuah map. Setelah melipat map itu, Gadih Minang mengkode Julia Maya Panyalai dengan menganggukkan kepalanya.

“Kita lanjutkan dengan meminta pendapat tunduik bujang. Gadih, serahkan map proposal kepada Ajo Manih Koto,” kata Julia Maya Panyalai.

Gadih Minang menyerahkan map dimaksud kepada Ajo Manih Kotomelalui tunduik bujang yang duduk di depannya. Setelah menerimanya, Ajo Manih Koto membacanya selembar demi selembar.

Para tunduik padusi memandang Ajo Manih Koto sambil mengulum senyumnya. Kawan-kawan Ajo Manih Koto memandang para tunduik padusi dengan memonyongkan mulutnya.

Ajo Manih Koto selesai membacanya.

“Karena Da Bujang belum hadir, kami belum bisa menyampaikan pendapat,” kata Ajo Manih Koto.

Mendengarnya, para tunduik padusi tampak seketika pada ternganga. Ajo Manih Koto berdiri, lalu melangkah menuju luar surau diiringi kawan-kawannya dari belakang. Para kakek-ayah dan para nenek-ibu pasangan tunduik pun serentak berdiri, lalu melangkah beriringan meninggalkan surau. Tak ada yang bicara. Sejenak sunyi. Gadih Minang menyikut Julia Maya Panyalai.

“Keempat pengurus PPMM belum menandatangani proposal. Besok, kami minta tanda tangan beliau, diawali dengan kakek Maya Mil, Ketua PPM Indonesia. Terima kasih. Alhamdulillah. Walaikumsalam,” kata Julia Maya Panyalai.

“Alhamdulillah! Walaikummusalam!” kata kawan-kawannya.

Gadih Minang mematikan laptopnya. Setelah mati, ia masukkan ke dalam tas, lalu menarik resletingnya, dan menyandangnya ke punggungnya. Setelah tasnya tersandang di punggungnya, Gadih Minang mengkode Julia Maya Panyalai dengan menarik telapak tangan kanannya ke depan.

Maka, dengan diawali Julia Maya Panyalai, para tunduik padusi dengan hati mangka melangkah beriringan ke luar surau, lalu pulang ke rumah neneknya masing-masing. (Bersambung)

 

[tribulant_slideshow gallery_id=”3″]

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*